Jumat, 20 Januari 2017

Menolak Lupa, dalam 10 Tahun Aksi Kamisan

Aksi kamisan 10 tahun, di depan Istana Negara, Jakarta (19/1/16).

Siang hari pada (19/1/2016), itu sangat terik,  tak setetes pun air hujan turun dari langit. Tapi orang- orang berpakaian hitam memegang payung hitam yang terbuka,  bediri menghadap ke arah depan Istana Negara. Wajah mereka saling berhadapan dengan  wajah aparat yang seolah menghadang mereka. Beberapa orang pun memegang spanduk yang bertuliskan “Jokowi Jangan Melempem”.

Itu adalah aksi kamisan yang ke 477 atau tepatnya 10 tahun aksi itu telah digelar, sejak 18 januari 2007. Mereka yang hadir adalah korban, keluarga atau pun orang-orang yang bersolidaritas menuntut agar pemerintah  menuntaskan pelanggaran-pelanggaran HAM, yang terjadi di Indonesia seperti  kasus  1965-1966, kasus pembunuhan Munir, tragedi Trisakti-Semanggi, peristiwa 1998 dan kasus pelanggaran HAM lainnya.

Selain dihadiri oleh orang-orang  yang getol menuntut haknya seperti Suciwati istri dari Munir, aktivis yang tewas diracun pada tahun 2004 & ibu Sumarsih, ibu dari Wawan korban tragedi Semanggi. Adapula  dihadiri oleh Melanie Subono yang menyuarakan aksinya lewat musik, juga Simponi, Ciliwung Merdeka. 
aksi musikal dari Ciliwung Merdeka (19/1/16).
Romo Sandyawan tak ketinggalan memeberikan sedikit refleksinya, dan untuk pertama kalinya Arie Kriting seorang Stand Up Comedy hadir. Serta banyak lagi aktivis lain.

Hari itu aksi kamisan juga mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia sebagai aksi tergigih dalam memperjuangkan penegakan hukum terhadap pelanggaraan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia. Namun, penghargaan itu membuat orang-orang tampak resah , apakah harus bahagia atau sedih, karena penghargaan itu juga berarti bahwa selama mereka masih melakukan aksi kamisan, yang artinya Pelanggaran HAM belum tuntas, dan pemerintah belum mendengarkan aksinya.

berbagai tututan agar berbagai pelanggaran HAM di Indonesia
dapat di selesaikan (19/1/17).

Berulang-ulang mereka yang terus hadir dalam aksi kamisan mengharapkan agar kasus pelanggaran HAM di Indonesia segera dituntaskan oleh pemerintah agar mereka segera menyudahi aksinya dan tidak berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya. Namun, apabila pelanggaran HAM masih terus ada mereka akan terus bersuara , seperti slogan mereka “ Hidup korban, aksi kamisan menolak lupa!”